Bali Vertikultur - Vertikultur berasal dari bahasa inggris, yakni
vertical dan culture. Kemudian dua suku kata tersebut diserap dalam bahasa
Indonesia menjadi vertikal dan kultur. Vertikal
adalah model media yang digunakan untuk menanam. Sedangkan kultur berarti
pertanian. Dengan demikian secara sederhana vertikultur dapat diartikan sebagai
model sistem bertani atau bercocok tanam dengan media vertikal.
Gambar: blogs.unpad.ac.id |
Nah, logika sederhana saja: semakin banyak umat
manusia yang menghuni planet bumi ini, tentu semakin banyak pula harus tersedia
makanan. Sumber makanan tentu saja berasal dari hasil pertanian. Di sisi lain
pada kenyataannya lahan pertanian semakin menyempit. Sekali lagi, inilah yang
melahirkan gagasan vertikultur.
Vertikultur lahir sebagai kreasi atau dapat
dikatakan teknologi alternatif sistem pertanian. Sistem vertikultur mengambil
prinsip-prinsip dasar bercocok tanam, yakni menyediakan media tanam dengan
kandungan nutrisi yang diperlukan oleh tanaman. Kalau selama ini sistem
pertanian konvensional, menanam langsung dilakukan di atas hamparan lahan
pertanian secara horizontal, sebaliknya, sistem vertikultur menggunakan
bantauan media secara vertikal.
Sebetulnya sistem vertikultur merupakan
pengembangan dari sistem tanam dengan menggunakan pot atau media tanam lainnya.
Untuk memanfaatkan lahan yang sampit, maka pot tersebut disusun secara
vertikal.
Sistem pertanian vertikultur dapat dilakukan oleh
siapa saya yang berminat. Dan menurut kami, setiap orang sebaiknya mengemari
bercocok tanam. Mengapa demikian? Yah, sebab makanan merupakan kebutuhan utama
setiap orang. Dengan kata lain, pengertian swasembada pangan bukan hanya
berarti petani kita mampu menghasilkan hasil pertanian yang mampu memenuhi
kebutuhan pangan seluruh warga negara. Swasembada pangan tidak hanya berhasil
jika rasio jumlah hasil pertanian yang dihasilkan oleh petani sama atau lebih
dari kebutuhan jumlah penduduk.
Tetapi, swasembada pangan sejatinya adalah
kemampuan setiap orang menyediakan makanan untuk dirinya. Ini bukan berarti
kita meniadakan keberadaan petani kita. Atau tidak berarti setiap orang harus
berprofesi sebagai petani. Sekali lagi, bukan itu maksudnya. Sistem vertikultur
memungkinkan setiap orang, apa pun profesinya, di sela-sela kesibukannya
melakukan kegiatan menanam.
Dengan sistem vertikultur, tentu saja tidak semua
kebutuhan kita pada hasil pertanian terpenuhi. Akan tetapi, setidaknya kita
mampu memenuhi sebahagian kebutuhan kita dari tanaman yang dapat dibudidayakan
secara vertikultur. Logika sederhananya begini: bila satu keluarga melakukan
budidaya tomat secara vertikultur kemudian menghasilkan 1 kg tomat segar per bulan.
Bila separoh dari seluruh keluarga di Indonesia melakukan vertikultur tomat, berapa
ribu ton tomat yang dihasilkan seluruh Indonesia setiap bulan? Masuk akal
bukan?
Nah, cuap-cuap tentang vertikultur di atas, baru
sebatas improvisasi saja. Belum membahas hal-hal teknis terkait dengan
vertikultur. Kami akan mengulasnya dalam kesempatan yang lain. Untuk itu
sering-seringlah mampir ke blog kami untuk tetap mendapat informasi terkini
tentang vertikultur.
Sumber : http://sangbimablog.blogspot.com
Sumber : http://sangbimablog.blogspot.com
0 Tanggapan "Apa itu Vertikultur?"
Posting Komentar